Kamis, 20 Februari 2014
Secangkir Rasa
Malam, dan dingin.
Setidaknya hembusan angin yang meliuk-liuk di luar jendela sana masih setia
merangkulku, menjagaku, serta menontonku dalam diam. Tema malam ini adalah
diam, diam yang mencekam, diam yang membuat hati berdesir tiap kali rasa ‘geli’
di sekitar leher ini lewat begitu saja. Hai semuanya, melihat bintang yang
bersinar di singgasananya, melihat bulan yang tersenyum menandakan cahaya,
mendengar nyanyian jangkrik yang acapkali membuatku tersentak karena
takut-takut itu nyanyian itu sumbang oleh suara lain. Oke kita mulai saja…
Waktuku yang
paling tepat untuk berdendang rindu adalah saat ini. Hai angin yang sedari tadi
menontonku sampaikanlah salamku pada ke-19 teman-temanku yang saat ini sedang
berjuang di bawah langit Allah. Annisa, Atikah, Fira, Junda, Fathiyah, Nia,
Zulfa, Nana, Masyfuah, Muthia, Intan, Jaya, Indah, Mia, Aisyah, Wilda, Heni,
Yanita, dan Iffah. Apa kabar, kalian semua ? Tidak serasa sudah dua tahun jarak
dan waktu telah menjadi tembok diantara kita. Adakah namaku kau sebut di hari-hari
kalian saat ini ? Masih ingat kan kalian denganku ? Iya, Ain yang kata kalian “lebay” dalam
mengekspresikan segala sesuatu, Ain yang suka marah-marah ketika jam tidur namun
kalian masih asyik mengobrol dengan heboh, dan Ain Ain lain yang tidak bisa aku
sebutkan satu-satu. Ah, kenapa rasa rindu itu muncul disaat-saat mellow seperti
ini. Seakan menumpahkan dan menghambur segala percik-percik kenangan kita,
kenangan yang tidak akan pernah kusesali, kenangan yang senantiasa hadir saat
nama-nama kalian terurai begitu saja dari lidahku, kenangan yang tercampur aduk
dalam tiap-tiap lembaran waktu.
Kalian masih ingat
kan bagaimana awal kita bertemu ? Bertemu pertama kali dalam kebutaan apa itu
arti persahabatan, bertemu untuk pertama kali dalam keasingan, bertemu untuk
pertama kali tanpa tahu bagaimana akhir dari kisah kita. Teman-teman, menjadi
yang pertama dalam sebuah generasi itu sungguh luar biasa ya. Kala kita tak
mengenal “kakak kelas”, kala kita belajar ditemani dengan ketokan palu yang
begitu keras dan acapkali membuat kita jengkel. Tapi, itu semua indah dan tidak
akan pernah terbayar dengan apapun. Sungguh, menjadi yang pertama itu adalah
hal luar biasa dalam hidup kita. Dan rasanya melihat generasi-generasi di bawah
kita tidak pernah merasakan apa yang kita rasakan, ada perasaan bangga
tersendiri. GRAFFITY, sebuah nama yang sempat menjadi kontroversi karena
terdapat kesalahan bahasa di dalamnya. Tapi, ah siapa yang peduli dengan itu ?
Nama hanyalah sebuah nama, tergantung apa yang dikerjakan dan dihasilkan oleh
sebuah nama itu.
Memasuki awal pertengahan
waktu kita. Pertama kali merasakan bagaimana hidup di asrama dan pertama kali
bagi kita untuk memiliki adik kelas. Dan semuanya terasa baru. Jujur saja,
hidupku seakan berubah total 180 derajat. Tapi disayangkan banyak bagian dari
kita yang pergi, entah karena beberapa alasan. Di pertengahan tahun ini kita
mulai saling merangkul, saat tahu bagaimana indahnya para akhwat-akhwat kelas 8
dipersatukan dalam sebuah kelas bernama “Khadijah”. Ayo dikumpulkan kembali
ingatan kalian dengan yel-yel handal kita,
yel-yel yang kita ucapkan untuk menyemangati kelas dan kadang untuk menjatuhkan
kelas tetangga, alias kelas “sandal”. Bagaimana susahnya kita mengatur lagu dan
gerakan, dan itu semua adalah hal paling seru dalam hidupku meski kita akan
merasa geli saat mengingatnya.
Hingga waktu
dimana kita memasuki fase akhir. Perjuangan kita dalam belasan Try Out yang
menjadikan kita sebagai sekolah peraih nilai tertinggi UN se-Kota Bontang.
Bagaimana perpisahan terakhir kita menjadi isak paling mengharukan saat harus
meninggalkan teman-teman, adik kelas, dan ustad-ustadzah tercinta. Semua itu
hanya dapat kita rasakan dalam sebuah sekolah yang sampai sekarang masih
mengiringi keberadaanku, DHBS.
Kamis, 20 Februari
2014.
Yang sedang
dilanda rindu, Ain.
Langganan:
Posting Komentar (Atom)
0 komentar:
Posting Komentar