Senin, 14 Januari 2013
Aku Butuh Lentara
Malamku
sendu, mengharu biru, putih, hingga tak tahan menjadi kelabu. Seperti bintang
yang sudah lelah menyapa sang rembulan, namun hanya acuh mengenaskan yang
tertorehkan. Sajakku sudah terlalu perih kau rasakan, tapi aku hanya mampu
buatmu diam merasakan tubuh yang sudah lama teronggok bersama busuknya hati.
Maaf, hanya itu yang dapat kulukiskan di hatimu. Tapi, tanpa ampun kau
menyiramnya dengan jelanta minyak sampai luntur tak beraturan. Maafku telah kau
nodai, tangisku telah kau sinisi dengan tatapan jijikmu, ratapku telah kau
hancurkan dengan beling-beling kehidupan yang berseliweran nakal di fikiranmu
yang suram. Aku sudah terlalu lama sakit, juga terlalu lama menahan hati yang
hitam. Berarak ikuti lembayungmu yang juga sama sikapnya padaku. Tapi, pernahkah
kau lihat amarahku yang membuncah ruah ? Bahkan, aku rela merelakan jejak-jejak
nafasmu yang hinggap dengan mesra disisiku.
Langganan:
Postingan (Atom)